Bank Tingkatkan Penyaluran Kredit Infrastruktur
Jakarta – Sejumlah bank akan meningkatkan penyaluran kredit di sektor infrastruktur pada 2017. Di samping bertujuan untuk mendukung program pemerintah, kalangan bankir menilai infrastruktur adalah sektor ekonomi yang sangat potensial untuk mendukung pertumbuhan kredit korporasi.
SVP Head of International Banking and Financial Institution PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Ferry Robbani mengatakan, perseroan akan berpartisipasi untuk membiayai proyeksi infrastruktur maupun konstruksi. Hingga kuartal III-2016 penyaluran kredit Bank Mandiri mencapai Rp 97 triliun.
Nominal kredit tersebut tersalurkan pada pembiayaan jalan tol sebesar Rp 15 triliun, PT PLN (Persero) Rp 32 triliun, transportasi bandara baik udara dan pelabuhan maupun rel kereta api Rp 37 triliun. Di samping itu, ungkap Ferry, perseroan menyalurkan kredit ke perusahaan telekomunikasi sebesar Rp 12 triliun sampai September lalu. “Tahun depan, kami pasti akan tetap fokus mendukung infastruktur dengan subsektor yang sama. Dengan asumsi pada 2017 kredit kami mampu tumbuh sekitar 12% secara year on year (yoy), tentu besaran porsi kredit infrastruktur akan terjaga dalam kisaran persentase yang sama,” kata dia di Jakarta, baru-baru ini.
Sementara itu, Direktur Komersial PT Bank Bukopin Tbk Mikrowa Kirana mengatakan, perseroan juga aktif membantu pemerintah melalui penyaluran kredit ke sektor ekonomi infrastruktur dan konstruksi, baik secara bilateral maupun sindikasi. Rekam jejak kredit Bank Bukopin di dua sektor itu antara lain penyaluran kredit untuk energi, listrik, jalan tol, sekolah, maupun rumah sakit.
Dengan total kredit Bank Bukopin yang mencapai Rp 73,1 triliun sampai kuartal III-2016, porsi kredit ke sektor ekonomi infrastruktur mencapai Rp 7 triliun. Ke depan, menurut Mikrowa, potensi bisnis kredit di sektor tersebut terbilang signifikan mengingat kebutuhan pemerintah membangun infrastruktur juga besar. “Tahun depan, kemungkinan total kredit Bank Bukopin akan naik 11% (yoy). Lalu dari segi porsi kredit ke infrastruktur dapat naik ke angka 27%,” papar dia.
Direktur Kelembagaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Kuswiyoto juga menjelaskan, BRI mengupayakan pertumbuhan yang baik untuk kredit infrastruktur. Untuk mencapai kenaikan kredit korprasi sekitar 10% (yoy) pada 2017, prospek bisnis yang dapat perseroan garap antara lain pembangunan jalan tol, dan transmisi untuk power plant.
“Selain itu, kami ada peluang bisnis kredit valas (valuta asing) untuk segmen korporasi dari Kementerian Pertahanan pada 2017. Soal ini, kami akan menggunakan kantor cabang di luar negeri, seperti Singapura dan New York untuk penyaluran kredit tersebut,” ungkap dia.
Sektor Prioritas
Di sisi lain, Direktur PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Herry Sidharta mengungkapkan, tahun depan sektor infrastruktur masih menjadi prioritas penyaluran kredit korporasi BNI. Dia menyebutkan, perseroan menargetkan pertumbuhan kredit korporasi 20-25% pada 2017, sedangkan sektor infrastruktur akan mendominasi penyaluran kredit tersebut dengan porsi 60-70%.
Tahun ini, jelas dia, penyaluran kredit korporasi BNI mencapai Rp 194 triliun. Dari nilai tersebut, sekitar Rp 24,9 triliun akan disalurkan dalam bentuk kredit sindikasi seperti untuk pembangunan power plant dan manufaktur. "Sektor infrastruktur menjadi sektor prioritas kami, pada semester kedua ini kami akan menyalurkan kredit sindikasi lagi untuk pembangunan LRT (light rail transit) di Palembang yang nilainya RP 4,3 triliun, pembangunan Tol Pejagan sebesar Rp 4,8 triliun, belanja modal PLN sebesar Rp 12 triliun dan proyek lainnya," jelas dia.
Direktur PT Bank Permata Tbk Anita Siswadi juga menjelaskan, sektor infrastruktur menjadi fokus penyaluran kredit perseroan. Namun, Bank Permata lebih fokus ke industri pendukungnya seperti kontraktor, semen dan besi baja. "Perkiraan pertumbuhan kredit terkait infrastruktur untuk tahun depan bisa mencapai Rp 1-1,5 triliun," kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Mega Tbk Kostaman Thayib mengungkapkan, pihaknya juga menyalurkan kredit infrastruktur seperti untuk pembangunan jalan tol dan pembangkit listrik. Akan tetapi, penyaluran kredit tersebut sedikit ditahan karena melihat kondisi ekonomi domestik dan global. "Lagipula tidak match dengan dana pihak ketiga (DPK) yang bertenor pendek sehingga kami butuh pendanaan lain," ungkap dia.
Selain itu, bank pembangunan daerah (BPD) juga giat menyalurkan kredit ke sektor infrastruktur. Direktur Utama PT Bank Daerah Istimewa Yogyakarta (Bank DIY) Bambang Setiawan menjelaskan, perseroan terlibat dalam pembangunan jalan Tol Solo Kertosono dengan nilai proyek Rp 6,3 triliun dan komitmen Bank DIY sebesar Rp 100 miliar. "Ada beberapa bank lain yang ikut, semisal Bank Mandiri, BNI, Bank Jateng, dan Bank Sumut," jelas dia.
Perseroan juga terlibat dalam proyek jalan tol lainnya di daerah Jawa Barat, yaitu jalan Tol Soreang-Pasir Koja dengan nilai komitmen Rp 100 miliar. Berbeda dari sindikasi sebelumnya, kali ini, Bank DIY bekerja sama dengan beberapa bank syariah. Salah satu di antaranya adalah PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.
Secara total, Bambang menjelaskan, total komitmen Bank DIY untuk pembangunan infrastruktur mencapai Rp 500 miliar pada tahun ini. Selain disalurkan untuk pembangunan jalan tol, perseroan akan terlibat dalam pembangunan bandara baru di Yogyakarta.
Tahun ini, Bank NTT juga menyalurkan kredit ke infrastruktur. Direktur Utama Bank NTT Daniel Tagu Dedo menjelaskan, komitmen Bank NTT untuk kredit infrastruktur mencapai Rp 500 miliar. "Proyek infrastruktur yang biasa kami biayai adalah proyek untuk sektor energi terbarukan, seperti untuk pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH)," jelas dia.