Menkeu: pembangunan infrastruktur bisa atasi masalah kemiskinan
Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pembangunan infrastruktur bisa mengatasi masalah pembangunan yaitu kemiskinan dan kesenjangan serta meningkatkan produktivitas dan daya saing Indonesia.
"Pembangunan infrastruktur merupakan bentuk investasi agar Indonesia mempunyai daya tahan momentum pertumbuhan ekonomi dan mengurangi masalah pembangunan yaitu kemiskinan dan kesenjangan," kata Sri Mulyani dalam acara sewindu PT Sarana Multi Infrastruktur di Jakarta, Rabu.
Sri Mulyani mengatakan para pembuat kebijakan harus melakukan inovasi agar pembangunan infrastruktur tersebut bisa berjalan sesuai tujuan dan memberikan manfaat konektivitas kepada masyarakat.
"Ini tujuan yang mudah diceritakan tapi sulit dijalankan, para policy maker harus mau meneliti ini dengan baik agar pembangunan bisa berjalan sesuai tujuan dan inovasi tersebut tidak destruktif," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Untuk itu, Sri Mulyani mengharapkan setiap pembangunan infrastruktur tidak menimbulkan masalah ketimpangan dan menyebabkan problem yang bisa menimbulkan beban tersendiri bagi kinerja perekonomian nasional.
"Infrastruktur bisa mengatasi ketimpangan melalui konektivitas, kalau perencanaan salah dan tata kelola tidak baik, maka infrastruktur justru menimbulkan ketimpangan makin buruk. Kita harus terus menerus mengkritisi ini," ujarnya.
Selain itu, ia mengharapkan pembangunan infrastruktur bisa selesai dengan tepat waktu dan tepat biaya, karena saat ini banyak proyek yang "kelebihan biaya" (cost overrun), karena tidak sesuai dengan perencanaan maupun pembiayaan awal.
"Kalau itu alamiah dan tidak bisa dikontrol dari sisi lingkungan, estimasi berubah bisa dimaklumi. Jangan sampai cost overrun karena mark up dan korupsi, karena itu pengkhianatan yang mendasar dari sisi membangun Indonesia," katanya.
Meski demikian, Sri Mulyani mengakui pembangunan infrastruktur di Indonesia masih membutuhkan peran swasta karena dana pemerintah yang tercantum dalam APBN maupun APBD sangat terbatas dan fokus penggunaannya untuk belanja sosial.
"Memang kalau hanya APBN dan APBD tidak akan mungkin menyelesaikan pembangunan tepat waktu dan cukup cepat, padahal kebutuhan infrastruktur bagi masyarakat tidak bisa ditunda," ujarnya.
Saat ini kebutuhan sarana infrastruktur di Indonesia mencapai Rp4.796,2 triliun, yang bisa dipenuhi melalui APBN dan APBD Rp1.979,6 triliun (41,3 persen), BUMN Rp1.066,2 triliun (22,2 persen) dan swasta Rp1.751,5 triliun (36,5 persen).