Pelabuhan Gili Mas Ditargetkan Selesai 30 Persen Tahun Ini
Jakarta - PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau Pelindo III berharap tingkat kemajuan (progress) pembangunan Pelabuhan Gili Mas di Nusa Tenggara Barat bisa mencapai 30 persen hingga akhir tahun ini.
Direktur Utama Pelindo III Orias Petrus Moerdak mengatakan, proses tersebut bisa lebih cepat seiring izin reklamasi lahan 22 hektare (ha) yang rencananya diterbitkan Kementerian Perhubungan pekan ini. Menurutnya, jika izin reklamasi diterbitkan tepat waktu, maka penyelesaian pelabuhan Gili Mas bisa sesuai target, yakni maksimal 2019.
"Selain karena reklamasi, kami juga mempercepat pembangunan dermaga. Tahun ini memang sebagian pembangunan dermaga dari pembangunan tiang pancang, progress lebih banyak disebabkan karena reklamasi," tutur Orias, Senin (3/4).
Lebih lanjut ia menuturkan, percepatan pembangunan pelabuhan juga disebabkan oleh pergantian teknik konstruksi dermaga. Pada awalnya, perusahaan mau membangun dermaga dalam dua tahap. Namun, akhirnya dermaga dibangun secara sekaligus dan tanpa menunggu reklamasi rampung.
Sayangnya, ia tak menyebut jangka waktu yang dipangkas dengan mengubah teknis pembangunan dermaga.
"Tapi kami yakin, semua pembangunan pelabuhan bisa selesai di tahun 2018. Maksimal tahun 2019 selesai," jelasnya.
Orias pun tidak ingat besaran belanja modal (capital expenditure/capex) yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan reklamasi. Namun, biaya itu termasuk di dalam total investasi yang digelontorkan perusahaan sebesar Rp1,2 triliun.
"Saya pun belum dapat laporan sejauh mana penyerapan capex tersebut hingga kuartal I kemarin," ungkapnya.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjanjikan izin reklamasi seluas 22 ha keluar pekan ini setelah mengunjungi Pelabuhan Gili Mas akhir pekan lalu. Dengan ini, ia berharap Pelabuhan Gili Mas bisa melayani kapal roro dan kapal pesiar mulai tahun 2018 dan kapal petikemas mulai 2019.
Sebagai informasi, Pelindo III sebelumnya sudah membebaskan lahan 60 ha demi pembangunan proyek tersebut yang menelan dana hingga Rp90 miliar.