Pembiayaan Konstruksi Tumbuh 29%
Jakarta - Akselerasi pembiayaan perbankan syariah ke sektor konstruksi di Sulsel bertumbuh baik. Posisi April 2017 total pembiayaan di sektor konstruksi di Sulsel yakni Rp377,552 miliar atau tumbuh 29,31% (year on year).
“Dari sisi pertumbuhan, pembiayaan syariah lebih signifikan ketimbang konven. Tapi dari share masih lebih besar konvennya,” kata Andi Muhammad Yusuf, Kepala Bagian Kemitraan dan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Kantor Regional 6 OJK Sulampua, di acara diskusi ramadan yang diselenggarakan oleh BNI Syariah bersama Jurnalis Ekonomi Syariah (JES) di Hotel Novotel Makassar Grand Shayla, Jl. Chairil Anwar No.28, Makassar, Senin (19/6/17).
Yusuf merincikan, masing-masing 6 BUS (Bank Umum Syariah) sebesar Rp143,38 miliar atau 37,98% dan 5 UUS (Unit Usaha syariah) Rp234,15 miliar atau share 62,02%.
Adapun, perkembangan sektor konstruksi di Sulsel posisi April 2017 tertinggi yakni konstruksi perumahan sederhana tipe 22 sampai 70, jumlahnya Rp126 miliar atau 33,49% dari total kredit atau growth 29%. Kemudian, konstruksi perumahan sederhana-BTN, jumlahnya mencapai Rp51,9 miliar atau 13,76%.
“Lalu konstruksi bangunan listrik pedesaan jumlahnya Rp,41,93 miliar. sharenya 11%,” urainya.
Sisanya dengan share 0,02 sampai 6 % semacam penyiapan lahan, konstruksi perumahan sederhana tipe 21, konstruksi gedung perkantoran, gedung industri, jalqn tol, jalan jembatan, pengairan, dermaga, bangunan sipil dsn lainnya.
Menurutnya, pembiayaan syariah tetap tumbuh di sektor properti. Meskipun indeks harga properti belakangan meningkat tapi belum sekuat sebelumnya sebagai efek kebijakan LTV. Diperkirakan masih butuh waktu lama untuk kembali ke siklus yang stabil seperti tiga tahun sebelumnya.
“Ada lima bank syariah yang tidak ke kredit konstruksi karena fokusnya bank beda. Tapi ada 11 bank ke konstruksi,” akunya.
Sementara Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Sulsel, Arief Mone mengatakan pembiayaan
syariah adalah salah satu pembiayaan yang banyak dibutuhkan oleh kontraktor. Tawaran bagi hasil menjadi skema pembiayaan yang memberikan kepastian bagi para pengembang.
“Target kami tahun ini yakni di sektor MBR (masyarakat berpenghasilan rendah) itu16 ribu unit dan 5.000 unit untuk yang komesil. Keduanya butuh pembiayaan syariah,” kata Arief dalam acara yang mengangkat tema ‘mengakselerasi pembiayaan syariah ke sektor konstruksi’ itu.
Arief bilang, REI mendorong andilnya pembiayaan syariah. Apalagi selama ini pembiayaan syariah kebanyakan masuk di segmen komersil, padahal segmen MBR punya potensi yang lebih besar dengan tingkat perputaran yang lebih cepat.
“MBR kalau lokasi dekat usernya antre. Namun pendekatan yang harus dicari titik temunya agar pembiayan bisa masuk. Rata-rata per 100 unit rumah yang dibangun itu, enam bulan kembali kredit konstruksi. Ini prospek yang butuh akselerasi,” tambahnya.(hry/rif)