Proyek Tol Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selesai Maret 2017

15/12/2016

Tidak berkategori

Jakarta - Proyek pembangunan jalan bebas hambatan (tol) Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara,   akan selesai seluruhnya pada Maret 2017, jelas Ir.H.Bambang Nurhadi, MSc, Kepala Bidang (Kabid) Bidang Pelaksanaan  II, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV , Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PUPR,  yang membawahi Proyek Jalan Bebas Hambatan (Tol) Tanjung Priok dan wilayah Jawa Barat dalam pertemuan dengan wartawan di Jakarta, Selasa sore (8/3/2016).

Dengan kecepatan jalan tol 80 kilometer/jam, dan ramp 30 kilometer-40 kilometer/jam, diutamakan untuk truk trailer (tetap MST 10 ton-red), proyek jalan bebas hambatan sudah dioperasikan sepanjang 3,4 kilometer.Sehingga nantinya stagnasi di pelabuhan akan teratasi.

Menurut penjelasan Ir.H.Bambang Nurhadi, MSc- pernah 8 tahun di di akses proyek jalan tol Tanjung Priok – memiliki 2 tujuan utama yaitu  pertama ,selesaikan sistem JORR(Jakarta Outer Riang Road) Tanjung Priok  nyambung ke Cikunir, Cilincing, jalan pelabuhan, belok kiri Jalan Yos Sudarso nyambung ke tol CMNP (Citra Marga Nusaphala Persada).Kedua, akses keluar dan masuk kendaraan pelabuhan (untuk mobilitas arus barang dan penumpang pelabuhan).

Menjawab pertanyaan wartawan BeritaRayaOnline mengenai up date status terakhir, Selasa, 8 Maret 2016, untuk progress fisik dan keuangan Rp 4 triliun lebih dana yang sudah diserap proyek ini, sedangkan untuk pembebasan tanah dana yang sudah keluar sebesar Rp 400 miliar.

” Untuuk uji laik jalan tol Tanjung Priok , tim khusus akan lapor kepada BPJT Kementerian PUPR, dan juga akan bekerjasama dengan CMNP karena nantinya sistem bisnis tol berubah. Ada tim uji kelaikan, tetapi secara konstruksi sudah oke. Maret 2017 mendatang kita akan operasikan jalan tol ini. Seharusnya 2016 ini selesai, tetapi ada pembongkaran jalan tol sebanyak 66 pilar Rp 400 miliar, lalu dibangun lagi Rp 600 miliar tanggungjawab kontraktornya.Kajima perusahaan kontraktor besar di Jepang.Membongkar ini sesuatu yang mahal,” ujarnya.

Selesai Lebih Dahulu
“.Perkembangan terbaru adalah selesainya pembangunan North South Direct Ramp (NS Direct) sepanjang 1,1 kilometer .Bagian ini menyambung dengan North South Link (NS Link) sepanjang 2,24 km yang pembangunannya telah selesai lebih dahulu.Bagian ini juga terhubung dengan Seksi E1 Jalan Tol Akses Tanjung Priok sepanjang 3,4 km yang merupakan penghubung Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) di wilayah Cilincing dan sudah beroperasi sejak April 2011,” kata Ir.H.Bambang Nurhadi, MSc.

“Bagian lain yang juga baru saja rampung adalah Seksi E2A sepanjang 1,92 km, dan baru saja diserahterimakan kepada pemerintah dari kontraktor pelaksana pembangunan.Sekarang truk angkut kontainer harusnya sudah bisa lewat NS Direct terus ke NS Link masuk ke Seksi E2A terus langsung masuk ke sistem single gate(gerbang tunggal) JICT (Jakarta International Container Terminal),” katanya lagi.

Meski demikian, pembangunan jalan tol ini belum bisa dikatakan rampung sepenuhnya. Karena, masih ada seksi E2 sepanjang 2,74 km yang masih harus tertunda penyelesaiannya lantaran terkendala masalah struktural pilar jalan layang, yang terindikasi retak saat dilakukan stressing alias penegangan struktur beton.

“Ada 3 tiang dari puluhan tiang yang saat dilakukan stressing ternyata ‘melesak’. Kita tes beberapa lainya ternyata punya indikasi yang sama. Kontraktornya memutuskan seluruh tiang di paket itu (Seksi E2) dibongkar dan diganti baru,” ucapnya seraya menambahkan langkah ini membuat penyelesaian jalan tol ini bakal tertunda sampai 2017.

Ir.H.Bambang Nurhadi, Msc menjelaskan jalan tol akses Tanjung Priok ini memiliki total panjang 16,67 km, yang merupakan bagian dari sistem jaringan jalan tol Jabodetabek dan terhubung ke jalan tol lingkar luar Jakarta.

Pembangunannya terbagi dalam 5 paket meliputi Seksi East 1 (E1) dengan rute Rorotan-Cilincing sepanjang 3,4 km, lalu Seksi East 2 (E2) dengan rute Cilincing-Jampea sepanjang 2,74 km, berikutnya Seksi East 2-A (E2A) dengan rute Cilincing-Simpang Jampea sepanjang 1,92 km.

Ada pula Seksi North-South Link (NS Link) dengan rute Yos Sudarso-Simpang Jampea sepanjang 2,24 km, dan Seksi North-South Direct Ramp (NS Direct) sepanjang 1,1 km.Tak lama lagi, Pelabuhan Tanjung Priok bakal dilengkapi dengan akses langsung yang terhubung dengan jaringan Jalan Tol Lingkar Luar dan Dalam Kota Jakarta. Proses tranportasi dari dan menuju pelabuhan bisa makin lancar.jalan tol ini akan terhubung langsung dengan fasilitas single gate alias gerbang tunggal Jakarta International Container Terminal (JICT).

“Jadi nanti nggak ada lagi truk kontainer lewat gerbang 1, gerbang 3, gerbang 9. Gerbangnya cuma satu, itu lewat akses tol yang kami bangun ini,” katanya.

Dengan cara ini, manajemen lalu lintas pelabuhan pun akan lebih mudah. Karena kontrol dan pengawasan hanya perlu dilakukan di satu pintu saja.

“Tadinya kan banyak gerbang. Itu menyulitkan manajemen. Sekarang pengawasan keluar masuk lebih mudah,” sambung dia.

Selain terhubung dengan fasilitas single gate pelabuhan, jalan tol ini juga berdampingan dengan fasilitas transfer kontainer dengan kereta pelabuhan.

Fasilitas ini memungkinkan, kontainer yang diangkut menggunakan kereta kargo bisa dipindahkan ke truk kontainer lalu masuk ke dalam pelabuhan melalui single gate yang sama.

Langsung Masuk Pelabuhan
“Jadi jalan tol kita di atas (melayang), truk kontainer dari jalan tol bisa langsung masuk pelabuhan. Di bawahnya, ada jalan yang terhubung dengan kereta pelabuhan, jadi nanti kontainer dari kereta dipindahkan ke truk kemudian masuk juga melalui single gate,” papar dia.

Dengan cara ini, manajemen tranportasi pelabuhan di Tanjung Priok akan semakin baik dan bisa disetarakan dengan manajemen pelabuhan-pelabuhan besar di berbagai negara maju seperti Singapura, Hong Kong, dan Australia.

“Nanti kita nggak kalah dengan Hong Kong dan Singapura,” selanya.

Pembangunan jalan tol Akses Tanjung Priok masih menyisakan pekerjaan konstruksi di Seksi Seksi East 2 (E2), dengan rute Cilincing-Jampea sepanjang 2,74 kilometer (km) yang belum rampung.

Sekitar 69 tiang penyangga jalan layang di seksi ini harus dibongkar dan dibangun ulang karena terindikasi retak dan membahayakan konstruksi secara keseluruhan.

Kepala Bidang Pelaksanaan II Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Ir.H.Bambang Nurhadi, MSC mengatakan, biaya pembongkaran mencapai Rp 1,4 triliun.

“Biaya dari pembongkaran tiang senilai Rp 400 miliar dan tiang dan pemasangan tiang kembali senilai Rp 600 miliar. Jumlah total tiang yang akan dibongkar mencapai 66 tiang,” jelasnya.

Selain itu, ada lagi ongkos yang harus dikeluarkan untuk membongkar beberapa tiang lain yang masih berada di Seksi E2A. Tiang-tiang ini dibongkar karena posisinya dinilai tidak sesuai masterplan pembangunan, karena terlalu menjorok ke pemukiman penduduk.

Selain itu ada pula pekerjaan menurunkan tiang girder atau ‘tulang rusuk’ penyangga bagian jalan layang yang sudah terlanjur terpasang. Total tambahannya untuk dua pekerjaan ini sekitar Rp 400 miliar.

Dengan demikian, seluaruh biaya pembongkaran, pembangunan ulang tiang dan kegiatan pembenahan lainnya secara total mencapai Rp 1,4 triliun.

“Semua ditanggung kontraktornya karena dia merasa bertanggung jawab,” sambung dia.

Ia mengatakan, kontraktor pembangunan seksi ini yang merupakan perusahaan Jepang, Kajima Corporation, memang berkomitmen membenahi kekurangan konstruksi yang terjadi dan menanggung seluruh biaya pembenahan konstruksinya.

Biaya yang dikeluarkan sepenuhnya ditanggung Kajima di luar nilai kontrak yang sekitar Rp 1,1 triliun.

“Jadi nilai kontrak pembangunan seksi E2A kan sekitar Rp 1,1 triliun. Si kontraktor keluar duit lagi karena ada kesalahan tadi Rp 1 triliun lebih. Jadi meskipun ada tambahan pengeluaran, semua ditangung kajima, pemerintah tidak dirugikan,” pungkas dia.