Jakarta – Konstruksi jembatan lengkung bentang panjang (longspan) proyek Light Rail Transit (LRT) Jabodebek di Kuningan mendapatkan berbagai apresiasi. Tidak hanya memiliki desain yang rumit namun juga konstruksi jembatan lengkung ini telah lolos tes analisis ketahanan gempa. Jembatan ini sendiri telah melalui analisis tinggi terhadap riwayat gempa, dengan analisis yang dilakukan bersifat khusus atau irregular. Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh Arvila Delitriana yang merupakan insinyur pembuat jembatan lengkung ini.

"Jadi kebetulan kalau kaitannya dengan gempa, Jakarta ini daerah yang cukup berisiko. Kebetulan lagi struktur ini memiliki sifat irregular atau khusus,"kata Arvila, dikutip dari detik.com

Longspan LRT ini menurut panduan desain jembatan khusus, AASHTO LRFD termasuk kedalam kategori khusus. Hal tersebut dikarenakan jembatan lengkung ini memiliki 3 bentang dan geometri yang tidak teratur (irregular) diakibatkan oleh radius lengkung yang kecil, dan membuat perbandingan kekakuan atar kolom jembatan diluar batas yang telah ditentukan.

Karena hal tersebut lah yang mendorong dilakukannya analisis tingkat tinggi dengan non linier time history analysis dengan tujuan menstimulasikan perilaku struktur jembatan saat terjadinya gempa. Terdapat 7 riwayat gempa yang dilakukan dalam uji analisis ini dengan cangkupan gempa yang  cukup besar. Ketujuh gempa tersebut adalah gempa Big Bear di Los Angeles, gempa Chile, gempa Livermore, gempa Michoacan di Meksiko, Gempa Miyagi di Jepang, gempa Sumatera Selatan dan gempa Tohoku, Jepang.

"Jadi dalam desain gempa tidak bisa digunakan desain gempa yang regular. Artinya ketahanan struktur ini tahan gempa dengan cara yang rumit dengan cara yang sesuai dengan kaidah-kaidah,"jelas Arvila

Berdasarkan hasil analisa 7 riwayat gempa terhadap longspan LRT Kuningan itu menunjukkan nilai performa struktur life safety. Artinya jembatan ini aman terhadap gempa yang mungkin terjadi.