Waskita Karya Akuisisi 18 Ruas Tol di Indonesia
Jakarta - Berawal dari perusahaan yang bergerak hanya di bidang konstruksi, Waskita Karya mampu berekspansi melalui 5 pilar bisnisnya, yaitu konstruksi, toll-road, precast, energy, dan realty. Dan melalui pedoman ini juga, Waskita Karya berhasil membangun brand value yang baik di mata khalayak, salah satunya pembangunan 18 ruas toll road di wilayah Jawa dan Sumatra. Bisnis yang dikembangkan Waskita Karya senantiasa mendukung bisnis kontruksi pembangunan jalan yang menjadi core business awal perusahaan.
Pengembangan bisnis yang mendukung core bisnis perusahaan yaitu konstruksi senantiasa diwujudkan oleh Waskita Karya. Pembangunan toll-road menjadi sisi utama bisnis yang mendukung kontruksi Waskita Karya. Hal ini juga di dukung Waskita Beton Precast yang mem-provide pekerjaan konstruksi seperti tiang balok, beton, dll. Tak berhenti sampai disitu saja, Waskita Energy juga mengembangkan energy mini-hydro yang masih relatif kecil dan Wakita Realty yang fokus pada high rise building sebagai properti real estate. Bisnis mereka mampu mensubsidi satu sama lain untuk kebutuhan masing-masing.
Pencapaian Waskita Karya paling masif di tahun 2014 dengan mengakuisisi toll-road milik MNC yaitu Pejagan-Pemalang dan Kanci. “Kami akuisisi Pejagan-Pemalang, karena kami ingin mengerjakan konstruksinya. Kami membelinya, lalu setelah selesai pembangunan, mereka bisa membeli lagi. Kami juga lakukan hal itu pada toll-road Becak Kayu,” ucap Tunggul Rajagukguk, Direktur Keuangan & Strategi PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Kinerja Waskita Karya ini bersinergi bersama program Nawacita yang digalakan Presiden Jokowi, salah satunya membangun 1.000 km jalur tol. Waskita Karya berhasil dipilih untuk meneruskan pembangunan jalan tol yang dimiliki swasta. Melalui dana injeksi pemerintah dan publik sebesar Rp 5,3 triliun (Rp 3,5 triliun dari pemerintah dan Rp 1,8 triliun dari publik), Waskita Karya melakukan akuisisi jalan tol lainnya.
Saat ini ruas tol yang dimiliki Waskita Karya sebanyak 18 ruas tol, beberapa diantaranya Trans Jawa, 3 tol di Sumatera (Kayu Agung-Palembang-Betung, Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi, dan Tebing Tinggi-Pematang Siantar-Parapat), Becak Kayu, Pasuruan-Probolinggo, Cimanggis-Cibitung, Bocimi, Pejagan-Pemalang, Kanci-Pejagan, Cibitung-Cilincing. “Sebanyak 8 tol dari 18 tol kami lakukan controlling shareholder, diantaranya Becak Kayu, Pejagan-Pemalang, Kanci-Pejagan, Pasuruan-Probolinggo, Pemalang-Batang, Kayu Agung, Bocimi, Cimanggis-Cibitung,” ujar Tunggul.
Hasil kerja keras Waskita Karya terciptalah kepercayaan dari stakeholder dan shareholder sehingga nama besarnya kini dikenal oleh publik. Dalam upaya meningkatkan brand value, Waskita Karya tidak menggunakan media iklan, namun lebih kepada aksi korporasi. “Pertama dari sisi financing, setiap kami mendapat kredit, pasti akan mengundang media. Lalu ada public exposes, IPO Waskita Beton Precast, dan Waskita Toll Road menerbitkan saham baru di Istana Presiden,” jelas Tunggul. Waskita Toll Road tidak ingin bersaing dengan Jasa Marga, pembangunan tol ditujukan untuk memberi bisnis konstruksi ke kontraktor Waskita Karya. Di mana ketika tol sudah selesai atau rampung, akan kembali dijual sebagai modal pembelian proyek tol baru.
Tahun 2016, sales sebesar Rp 24 triliun, sedangkan tahun 2017 ditargetkan Rp 35 triliun. Untuk laba tahun 2016 sebesar Rp 1,8 triliun, sedangkan tahun ini target sebesar Rp 2,8 triliun. Unruk CAPEX 2017 diperkirakan sekitar Rp 30 triliun di mana sekitar Rp 20-25 triliun untuk toll-road. “Target dalam jangka 5 tahun ke depan adalah Waskita Toll Road akan IPO, Waskita Realty IPO, Waskita Energy akan menyusul setelahnya. Kemudian kami berharap spirit pemerintah tetap sama dalam percepatan pembangunan infrastruktur. Kami juga masuk ke TOD (Transit Oriented Development) akan dikembangkan oleh Waskita Realty. Jika modal kami sudah mencukupi, tidak menutup kemungkinan kami menjadi operator toll-road,” jelasnya.