Bangun Megaproyek Infrastruktur, RI Defisit Insinyur
Jakarta- Dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia akan kekurangan pasokan tenaga ahli teknik (insinyur) di tengah pembangunan infrastruktur khususnya proyek pembangkit 35.000 megawatt (MW).
Wakil Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Heru Dewanto mengungkapkan bahwa pada tahun 2019 Indonesia membutuh setidaknya 82.000 insinyur. “Sementara yang tersedia hanya 20.000 insinyur,” kata Heru dalam diskusi bertemakan “Saatnya Didengar” dalam rangkaian Indonesia Infrastructure Week di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (13/11).
Dari total tenaga ahli teknik, kata Heru, hanya separuh yang berprofesi sebagai insinyur. “Dari total yang berprofesi insinyur, hanya separuhya bekerja di infrastruktur,” kata Heru yang juga menjabat sebagai presiden direktur PT Cirebon Electric Power ini.
Heru khawatir desifit insinyur akan menghambat pembangunan infrastruktur termasuk megaproyek 35.000 MW. Dia tidak ingin proyek tersebut kekurangan tenaga ahli dari Indonesia. “Jadi jangan sampai kita punya proyeknya, tapi tidak ada yang mengerjakannya,” kata dia.
Untuk itu, menurut Heru, semua pihak harus mempunyai visi yang sama dalam mewujudkan proyek pembangunan infrastruktur. “Kita tidak bisa hanya bicara soal skema kemitraan, tapi harus ada yang berpikir ke depan,” kata Heru.
Dalam pandangannya, pendidikan vokasi (kejuruan) bisa menjawab persoalan tenaga kerja. Namun kurikulumnya harus sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu, penyalurannya harus jelas. "Percuma anak-anak kita ini dilatih, namun bingung saat bekerja," kata Heru.
Heru mengingatkan jangan sampai terjadi miss-match. "Satu sisi banyak lulusan SMK dan sarjana menganggur, sementara permitaan sektor infrastruktur nantinya sangat besar," kata dia.
Dia menegaskan, megaproyek pembangkit 35.000 MW dan proyek infrastruktur lain yang digagas Presiden Jokowi diharapkan menjadi sarana capacity building bangsa Indonesia untuk bisa bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Menurut Heru, proyek 35.000 MW harus menjadi awal pembangunan manusia Indonesia yang akan membentuk masa depan bangsa ini. Proyek ini harus membuat Indonesia bertumbuh, bukan hanya dari sisi infrastruktur, namun juga manusianya. "Jangan sampai setelah proyek selesai, tidak ada anak bangsa yang menjadi pemain-pemain berkualitas dan mempunyai kapasitas melanjutkan pembangunan bangsa ini," kata Heru.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Heru mengungkapkan hingga Februari 2016 sekitar 7,45 persen rakyat Indonesia menganggur. Dari total yang menganggur, 39 persen lulusan SD, sementara 25 persen adalah sarjana. Data lain yang tak kalah mengagetkan menurut Heru adalah 47 persen dari angkatan kerja Indonesia merupakan lulusan SD.
“Bagaimana kita bisa bersaing di MEA dengan kondisi seperti ini? Capacity building ini harus dimulai dari sekarang, dan cara yang paling konkret dan paling komprehensif adalah melalui proyek 35.000 MW dan proyek-proyek infrastruktur," papar Heru.