Konstruksi LRT Tahap Pertama Rampung Mei 2019
Jakarta – Pembangunan dari proyek Light Rail Transit (LRT) Jabodebek sudah memasuki 34% pengerjaan yang sudah rampung dari total panjang sejauh 34 km. Direktur Operasi PT Adhi Karya (Persero) selaku kontraktor yang membangun LRT Jabodebek, Pundjung Setya menyampaikan bahwa lintasan LRT untuk yang menghubungkan Cawang-Cibubur saat ini sudah mencapai 57,3% dari total panjang sejauh 14,3 km.
“Lalu saat ini pembangunan sudah 34%, Cawang-Cibubur paling advance,” kata Pundjung.
Untuk lintasan LRT Cawang-Bekasi Timur saat ini sudah mencapai 28,7%, kemudian untuk Cawang-Kuningan-Dukuh Atas baru mencapai 17,7%. Untuk saat ini pengerjaan mulai di fokuskan untuk mengerjakan long span atau bentangan panjang yang menghubungkan 3 lintasan tersebut dengan panjang jembatan 40 meter sampai 146 meter.
“Ada di tikungan antara Gatot Subroto ke Kuningan, yang advance rentang panjang yang melintasi Tol Jagorawi, ada juga di Kampung Rambutan, di Cawang yang arah dari Cibubur dan Bekasi,” jelas Pundjung.
Untuk konstruksi proyek LRT Jabodebek ini memiliki ketahanan konstruksi yang baik dengan diberlakukannya teknologi lead rubber bearing (LRB) atau bantalan yang dipasang pada sela konstruksi pierhead dan u-shape grinder.
Dengan teknologi ini dipercaya dapat menahan getaran gempa hingga cangkupan 8 Skala Richter. Hal ini di karenakan beban getaran yang terjadi jadi lebih ringan.
Pembangunan LRT Jabodebek ini sudah dibangun sejak 2015 lalu ini merupakan Mega Proyek pemerintah yang memakan dana tidak sedikit. Oleh karena itu dalam pelaksanaan konstruksi LRT ini, Pemerintah melakukan kerjasama pendanaan dengan pihak swasta.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa proyek ini akan sulit terealisasi jika pendanaan nya hanya bergantung dari APBN. Oleh karena itu, kerjasama dengan swasta sebagai investor merupakan jalan keluar terbaik dalam merampungkan proyek LRT ini.
“Kalau proyek infrastruktur hanya menggunakan APBN dan ABPD, LRT Jabodebek kalau hanya menggunakan APBN maka selesainya barang kali 12 tahun. Kalau kita ingin menyelesaikan 2-3 tahun maka kita harus menggunakan blending financing tapi tetap feasibility, teknikalnya, harus dibuat baik. Dan financing bisa kita pinjam dan kita bayar kembali dalam 12 tahun kedepan,” jelas Menteri Sri Mulyani.