Tahun 2016, Angkasa Pura I Proyeksikan Laba Rp909 Miliar
JAKARTA - Operator 13 bandara di Indonesia timur, PT Angkasa Pura I memproyeksikan laba usaha perseroan pada 2016 mencapai Rp909 miliar, atau tumbuh 8% dari realisasi laba perseroan tahun lalu.
Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura I Israwadi mengatakan jumlah pergerakan pesawat dan penumpang sepanjang tahun ini tercatat tumbuh signifikan. Bahkan, mayoritas bandara yang dikelola mencatatkan hasil di atas estimasi perseroan.
“Dengan hasil yang sangat positif ini, di mana jumlah pengguna jasa bandara yang melonjak cukup tinggi sepanjang tahun, tentunya akan turut mendongkrak kinerja keuangan Angkasa Pura I,” katanya di Jakarta, Selasa (13/12/2016).
Dikatakan, pendapatan perseroan pada tahun ini bakal menembus Rp6,18 triliun, naik 11,5% dari realisasi pendapatan tahun lalu, sekaligus melampaui proyeksi perseroan sebelumnya sebesar Rp5,97 triliun.
Kendati demikian, sambungnya, kenaikan pendapatan ternyata juga diikuti dengan kenaikan biaya operasional. Angkasa Pura I memperkirakan biaya operasional yang harus dikeluarkan perseroan mencapai Rp4,98 triliun, atau tumbuh 11,4%.
“Namun, kami optimistis laba perseroan 2016 [setelah dikurangi pajak kini dan tangguhan] bakal mencapai Rp909 miliar, atau melampaui 6,3% dari proyeksi laba perseroan 2016 sebelumnya sebesar Rp855,5 miliar,” ujarnya.
Sejalan dengan itu, Israwadi menambahkan bahwa pendapatan Angkasa Pura I saat ini masih ditopang dari pendapatan yang didapat dari jasa pelayanan langsung terhadap kegiatan penerbangan atau biasa disebut dengan pendapatan aeronautika.
Kendati demikian, pendapatan perseroan juga didorong dari pendapatan lainnya, atau di luar pendapatan aeronautika antara lain seperti kegiatan properti, perhotelan, support, retail dan jasa logistik.
“Saat ini, porsi pendapatan aeronautika telah mencapai 59% atau turun tipis dari realisai tahun lalu sebesar 60,1%. Hal ini sebenarnya sesuai dengan sasaran Angkasa Pura I untuk terus meningkatkan porsi pendapatan nonaeronautika,” ujarnya.
Pelayanan Ditingkatkan
Seperti diketahui, total jumlah penumpang domestik dan internasional yang melalui 13 bandara perseroan sepanjang Januari-September 2016 mencapai 63,05 juta penumpang, naik 17% dari periode yang sama tahun lalu.
Pada saat bersamaan, pergerakan pesawat domestik tercatat 422.615 pergerakan, naik 14% dari periode yang sama tahun lalu 369.531 pergerakan. Sementara itu, pergerakan pesawat internasional tercatat 58.198 pergerakan, atau tumbuh 10%.
Di tempat berbeda, Direktur Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati menuturkan tarifk penumpang yang meningkat sepanjang tahun ini pasti akan berdampak positif bagi industri penerbangan, khususnya pengelola bandara.
“Tentunya, profit yang meningkat itu, diharapkan dapat juga dibarengi dengan pelayanan yang diberikan dari pengelola bandara kepada para pengguna jasa, seperti maskapai dengan penumpang,” katanya.
Arista menilai pelayanan pengelola bandara kepada para pengguna jasa bandara, khususnya maskapai masih belum maksimal. Dia mencontohkan antara lain seperti Bandara Juanda Surabaya dan Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali.
Dia menilai frekuensi perbaikan landas pacu atau overlay di kedua bandara itu terlalu tinggi, sehingga mengganggu jadwal penerbangan maskapai. Ujung-ujungnya, tingkat ketepatan waktu maskapai tergerus, dan membuat tidak nyaman penumpang.
“Saya melihat overlay di kedua bandara itu tidak wajar, terlalu sering, tidak seperti bandara-bandara lainnya. Harus segera ada evaluasi dari manajemen Angkasa Pura I terhadap overlay itu,” ujarnya.
Arista berharap pendapatan yang diraup Angkasa Pura I tersebut dapat dialokasikan untuk menambah nilai investasi, baik menyangkut infrastruktur, teknologi maupun SDM guna mendukung lonjakan trafik penumpang angkutan udara ke depannya.