Target kontrak baru Nusa Konstruksi 2017 naik 159%
JAKARTA - PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk cukup agresif dalam menargetkan target kontrak baru tahun ini. Perusahaan konstruksi ini memasang target kontrak anyar Rp 2,5 triliun atau meningkat 159% dibanding dengan pencapaian tahun 2016 yakni Rp 963 miliar.
Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham DGIK ini melihat prospek bisnis konstruksi terutama untuk proyek infrastruktur masih cukup cerah. Alhasil, PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk pun mulai memperbesar target kontrak dari proyek infrastruktur.
"Tahun ini akan fokus meningkatkan porsi pekerjaan infra daripada tahun lalu. Dari target kontrak baru 30% diincar dari pekerjaan proyek infrastruktur," kata Almanda Pohan Public Relation Corporate DGIK kepada KONTAN, Selasa (14/2).
Untuk mencapai target 30% atau sekitar Rp 750 miliar kontrak pekerjaaan proyek infrastruktur, Nusa Konstruksi Enjiniring akan terbuka terhadap proyek-proyek yang dikembangkan pemerintah maupun oleh pihak swasta. Hanya saja, Almanda tak menyebut proyek infrastuktur apa yang akan menjadi fokus mereka tahun ini.
Meskipun mulai mempebesar target mereka dari proyek infrastruktur, DGIK masih tetap akan lebih fokus mengincar proyek-proyek gedung tahun ini yakni 70% dari target.
Dengan tambahan kontrak carry over tahun lalu sebesar Rp 3,3 triliun maka total kontrak yang akan dihadapi DGIK alias order book tahun ini akan mencapai Rp 5,8 triliun. Adapun kontrak carry over tersebut diantaranya proyek gedung perkantoran World Capital Tower (WCT) dan Holland Village di Jakarta serta pembangunan jalan di Sumatera dan Sulawesi.
Selain menargetkan pertumbuhan kontrak baru, PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk juga membidik pendapatan usaha tumbuh menjadi Rp 2,5 triliun dari target Rp 1,9 triliun pada tahun 2016. Sedangkan laba bersih ditargetkan sekitar 2%-3% dari target pendapatan.
Untuk mencapai target-target tersebut, managemen perusahaan konstruksi swasta ini telah menyiapkan berbagai strategi. "Direksi telah melakukan review atas kinerja tahun sebelumnya dan tengah melakukan beberapa perubahan yang cukup krusial sebagai strategi dalam mengembangkan bisnis ke depan," kata Djoko Eko Suprastowo, Direktur Utama DGIK.
Pertama, DGIK mengubah strategi marketing dengan menata ulang porsi pekerjaan baik di sektor gedung maupun di pekerjaan infrastruktur. Porsi proyek infrastruktur mulai ditingkatkan mengingat prospek prospek sektor ini masih cukup bagus.
Selain itu, lanjut Djoko, pihaknya juga melakukan pembenahan terhadap tagihan-tagihan yang bermasalah, efisiensi terhadap beban perusahaan, dan peningkatan value perusahaan dengan salah satu caranya melakukan restrukturisasi pada aset-aset PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk yang kurang produktif.
Restrukturisasi aset yang sudah dilakukan dengan menjual aset-aset yang kurang produktif. Salah satunya restrukturisasi yang telah dilakukan DGIK adalah menjual anak usaha Duta Graha Living (DGL).
Djoko menambahkan, pihaknya juga akan terus melakukan peningkatan kompetensi Sumber Daya MAnusia (SDM) melalui program training/pelatihan, pertukaran pengetahuan dengan mitra asing yang bekerjasama dengan perseroan di proyek Joint Operation (JO), serta lewat program magang di luar negeri.
Sepanjang tahun 2016, DGIK sudah memiliki beberapa proyek JO untuk membangun proyek gedung dan infrastruktur. Diantaranya dengan menggandeng partner dengan Hyundai construction, TOA construction, dan Penta Ocean.
Hingga saat ini, perusahaan ini belum berhasil mendapatkan kontrak anyar. Namun akhir Februari ini atau awal Maret mendatang, Almanda memperkirakan akan mendapatkan satu proyek infrastruktur.
Untuk bisa merealisasikan rencana dan mencapai target bisnisnya, DGIK akan menganngarkan belanja modal Rp 125 miliar tahun ini yang akan dipakai untuk investasi alat serta untuk pengembangan bisnis.