Tol Serang-Panimbang, Negosiasi Disepakati
AKARTA—Pembanguan jalan tol Serang—Panimbang di Provinsi Banten segera terealisasikan setelah Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) mencapai kesepakatan dalam negosiasi yang dilakukan dengan konsorsium PT Wijaya Karya Tbk, sebagai Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) tunggal yang memasukkan dokumen penawaran.
Kepala BPJT Herry Trisaputra Zuna mengatakan dari hasil negosiasi disepakati bahwa pemerintah akan memberikan dukungan Viability Gap Fund (VGF) kurang dari 50% dari total biaya konstruksi sehingga memenuhi persyarata skema VGF.
Meski tak menyebut besaran pasti nilai dukungan yang akan diberikan oleh pemerintah, namun dia mengungkapkan dukungan konstruksi akan diberikan sepanjang 33 km pada seksi II (Rangkasbitung-Bojong).
Lewat hasil negosiasi yang disepakati, BPJT segera menetapkan konsorsium WIKA sebagai pemenang tender ruas sepanjang 84 km pada pekan ini dengan masa konsesi selama 40 tahun.
“Negosiasi di kepanitiaan sudah selesai, tinggal pengumuman penetapan. Ini kemarin sudah keburu libur. Semestinya pekan [depan] sudah ada, karena sekarang administrasinya terus berjalan,” katanya, Ahad (1/1/2017).
Tol Serang—Panimbang dengan nilai investasi Rp10,84 triliun terbagi menjadi dua porsi pembangunan yakni pemerintah dan BUJT. Pembangunan tersebut dilakukan dalam tiga seksi yaitu, Seksi I (Serang-Rangkasbitung), Seksi II (Rangkasbitung-Bojong) dan Seksi III (Bojong-Panimbang).
Herry mengungkapkan bagi porsi yang menjadi tanggung jawab BUJT, pemerintah tengah melakukan proses penyediaan lahan. Hal itu dilakukan supaya setelah Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) BUJTditeken, BUJT dapat segera melakukan konstruksi.
Sejalan dengan proses konstruksi yang nantinya dilakukan BUJT, maka BPJT bersama kementerian keuangan juga akan merumuskan alternatif pembayaran yang dialokasikan bagi porsi dukungan pemerintah. Hal itu khususnya menyangkut periode pembayaran.
“Pembayaran atas dukungannya saja yang akan kami modifikasi. Karena ini ada bagian yang harus kami bangun dan siapa yang kami minta bangun dan kalau juga kelayakannya nggak masuk di lingkupnya ini yang harus kita cari pembayaran akan ditagihkan ke siapa. Nagihnya mau sekarang atau nanti,” imbuhnya
Sebelumnya dalam ketentuan skema Viability Gap Fund (VGF) atau dana dukungan tunai, porsi pendanaan yang dapat ditanggung pemerintah dalam rangka pembangunan infrastruktur maksimal 49% dari total biaya konstruksi. Akan tetapi calon investor dalam ruas Serang--Panimbang meminta lebih dari jumlah tersebut, yakni Rp5,3 triliun.
Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR, Arie Setiadi Moerwanto mengungkapkan investor ruas itu menghendaki dukungan dua kali lipat dari prediksinya. Dengan demikian gap yang diminta supaya layak terlalu besar.
Dalam ruas Serang—Panimbang, konsorsium PT Wijaya KaryaTbk berpartner dengan Pembangunan Perumahan serta Jababeka yang mengajukan dokumen penawaran. Sebelumnya PT Waskita Toll Road yang juga dinyatakan lolos prakualifikasi tak memasukkan dokumen penawaran tender.
Selain itu, ruas Cileunyi—Sumedang—Dawuan (Cisumdawu) yang dilelang bersamaan dengan Serang—Panimbang juga telah ditetapkan pemenangnya yakni Konsorsium PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk.
Sedangkan untuk ruas tol Tebing Tinggi—Parapat, BPJT masih menanti PT Hutama Karya bersama dengan PT Waskita Karya Tbk da PT Jasa Marga Tbk dalam melengkapi dokumen pembentukan anak usaha patungan.
Selanjutnya, dia menargetkan penandatanganan PPJT bagi ketiga ruas itu dilakukan pada akhir Januari 2017.
“Untuk Tinggi—Parapat belum masuk proposalnya. Kami chek lagi, tapi prosesnya akan lebih sederhana. Komitmen dari kawan-kawan Januari 2017 itu sudah bisa barengan tanda tangan PPJT-nya. Juga nantinya dengan penjaminan,” imbuhnya.
Sementara itu, terkait dengan dua ruas tol baru yang masuk prakualifikasi pada pertengahan 2016, yakni Semarang Demak serta Probolinggo--Banyuwangi akan dilanjutkan pelelangannya pada kuartal I/2017.