CEO Forum Kadin RI-India Sepakat Kembangkan 6 Sektor Ini
JAKARTA - Para pelaku usaha dari negara RI dan India sepakat untuk mengembangkan enam sektor utama demi mengejar target perdagangan ambisius yang disepakati dalam pertemuan CEO Forum di India.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani menuturkan target total perdagangan kedua negara US$50 miliar dan target total investasi US$50 miliar pada 2025.
"Guna meraih target investasi dan perdagangan 50:50 tersebut, perlu ada investasi baru baik dari pemerintah maupun perusahaan swasta," katanya seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (14/12/2016).
Dia melanjutkan, ada enam sektor utama yang telah diidentifikasi untuk dijajaki dalam peningkatan kerjasama ekonomi, yakni sebagai berikut:
Pertama, sektor pertambangan. Sebagai salah satu produsen dan pengekspor terbesar batu bara, Indonesia saat ini berada di rangking 10 untuk cadangan batu bara, memiliki setidaknya 3.1 percent dari cadangan batubara global yang sudah proven berdasarkan BP statistical Review of World Energy.
Peraturan pertambangan di Indonesia perlu dikaji kembali dan perlu dilihat kemungkinan untuk memperpanjang jangka waktu kontrak pertambangan batu bara. Disarankan agar perusahaan listrik/energi India dapat melakukan penambangan di Indonesia guna memenuhi kebutuhan listrik Indonesia sekaligus mengekspornya ke India.
Kedua, bidang Infrastruktur. India dan Indonesia sangat membutuhkan perbaikan infrastruktur seperti infrastruktur logistik (jalur kereta api, green/brown field airports, elektrifikasi tenaga surya untuk bandara kecil, pengembangan dan perencanaan smart cities dan membuat jalur penerbangan langsung antara kedua negara.
Indonesia juga bisa mempercepat pembelajaran Public Private Partnersip di bidang pembiayaan infrastruktur dari pengalaman India. Kolaborasi antara perusahaan dan instititusi di kedua negara akan meningkatkan transfer ilmu pengetahuan.
Ketiga, bidang manufaktur. Sektor manufaktur India mengalami pertumbuhan yang sangat besar 9,3% pada 2015-2016. Dengan pertumbuhan yang kuat, Industri India perlu meningkatkan investasi di sektor manufaktur di Indonesia diantaranya berfokus pada kilang, tekstil dan pengolahan makanan.
Produk pertanian seperti pupuk, peralatan pertanian, pabrik gula dan Research & Development (R&D) teknik pertanian juga dapat menjadi area utama dari kerja sama antara kedua negara.
Perusahaan India juga harus mengeksplorasi kemungkinan investasi dalam produksi minyak sawit dan turunannya, mengingat kekurangan minyak nabati yang dialami India saat ini.
Keempat, bidang obat-obatan dan farmasi. Perusahaan India bersedia untuk mendukung Indonesia pada skema asuransi kesehatan melalui penyediaan obat-obatan dan pendirian pabrik manufaktur untuk produk farmasi. Hal ini terutama untuk produk-produk khusus di mana perusahaan India memiliki keterampilan dan teknologi untuk meningkatkan daya saing dari sisi biaya produksi.
Namun perlu dibangun situasi yang kondusif guna memungkinkan masuknya perusahaan farmasi India, khususnya untuk kemudahan dalam hal registrasi produk. Untuk memulainya, Indonesia dapat menunjuk badan pusat untuk berkolaborasi dengan PHARMEXCIL dalam mengidentifikasikan obat-obat yang dapat diimpor.
India juga dapat membantu melalui berbagi ilmu pengetahuan terkait integrasi IT dalam sistem pelayanan kesehatan. Untuk itu pihak Indonesia menyambut baik ketertarikan perusahaan India dibidang farmasi dan kesehatan dan menyatakan kesediaan mereka untuk bekerjasama dengan perusahaan- perusahaan India.
Kelima, sektor jasa. Forum merasa bahwa ada kebutuhan untuk mempromosikan hubungan dalam sektor jasa termasuk IT & ITES, pariwisata, kesehatan, jasa keuangan termasuk jasa asuransi dan usaha lainnya dan jasa profesional. Sektor baru seperti hiburan, dan offshoring juga bisa dieksplorasi.
Untuk mempromosikan perdagangan jasa, CEO India menyoroti kebutuhan untuk meneliti masalah yang berkaitan dengan pergerakan tenaga kerja, kondisi pekerja dan pengakuan gelar profesional di Indonesia. Mengingat keahlian perusahaan IT India, Forum mengakui kebutuhan untuk ekspor proyek IT India ke Indonesia.
Terakhir, kerjasama sektoral. Disepakati bahwa kelompok inti dapat dibentuk untuk memberikan rekomendasi spesifik dalam membentuk lembaga strategis guna memperluas kerjasama (sejumlah sektor yang telah disebutkan sebelumnya) termasuk untuk menyelesaikan berbagai hambatan perdagangan serta investasi pemerintahan dua negara.
Selain mengindetifikasi enam sektor utama, CEO Forum juga mencatat bahwa adanya informasi yang minim terkait opportunitiy business yang tersedia di masing-masing negara hingga diperlukan hubungan business-to-business yang lebih besar, melalui pertemuan CEO Forum secara regular dan membuat acara promosi perdagangan dan investasi diprakarsai KADIN dan CII.