Kereta Cepat Jakarta-Bandung Mulai Konstruksi Oktober 2017
Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara Rini memastikan pembangunan penuh proyek kereta cepat rute Jakarta-Bandung segera dimulai paling lambat akhir Oktober 2017.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, konstruksi terowongan jalur kereta di wilayah Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, membutuhkan waktu pembangunan paling lama yakni 26 bulan. Maka itu, kontraktor akan mulai membangun terowongan Halim sebelum akhir Oktober agar proses pengerjaan lebih efektif.
"Akhir Oktober bakal betul-betul full konstruksinya. Terowongan Halim paling lama, waktu pengerjaan seluruhnya sampai Februari 2020," ujar Rini di Jakarta, Kamis(5/10) malam.
Selama ini, Rini menjelaskan salah satu proses yang paling menghabiskan waktu lama ialah pembebasan lahan dan finalisasi penentuan lokasi proyek
Tadinya, pemerintah berharap bisa membangun jalur kereta cepat benar-benar bersebelahan dengan jalur Tol Jakarta-Bandung. Namun Hal itu sulit diwujudkan karena kontur tanah yang tak mumpuni untuk dibangun jalur kereta.
"Kontur di sebelah-sebelah jalan tol berbelok-belok, sedangkan kereta cepat tak bisa banyak belokan karena tidak akan bisa jadi cepat," ungkapnya.
Pada akhirnya diputuskan, jalur kereta yang bersebelahan dengan jalan tol hanya 43 Km, sisanya menjauh dari jalan tol. Sementara itu, total terowongan yang akan dibangun juga cukup banyak yakni 22 terowongan, sehingga proses pemeriksaan lahan menjadi lebih rinci dan lagi-lagi membutuhkan waktu lama.
Terkait pendanaan, untuk mendukung pelaksanaan pembangunan proyek kereta cepat, pihaknya akan mencairkan dana pinjaman dari China Development Bank (CDB) sekitar US$500 juta -US$1 miliar pada November 2017.
"Pinjaman bulan depan ditarik, kebutuhan dana US$500 juta-US$1 miliar, saya minta bertahap dananya," tuturnya.
Rencananya, kereta api cepat Jakarta-Bandung ini akan menelan dana mencapai US$5,5 miliar dengan bentangan 142,3 Km. Pembangunan ini akan dikerjakan oleh KCIC, yang merupakan konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang memiliki kepemilikan 40 persen dan China Railway International Co. Ltd sebesar 60 persen.