Mubadala Ajak Chandra Asri Bangun Pabrik Petrokimia Senilai Rp35 Triliun
Jakarta – Sektor pembangunan menjadi magnet kuat dalam pertengahan tahun 2019 ini, nilai investasi di sektor ini yang cukup besar ikut melibatkan berbagai perusahaan bidang konstruksi di Indonesia, serta perusahaan-perusahaan asal luar negeri yang akan ikut berinvestasi membangun di Indonesia. Salah satunya adalah Mubadala Investment Company yang merupakan perusahaan asal Uni Emirat Arab yang akan mengajak PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. untuk membangun pabrik petrokimia senilai US$2,5 miliar, atau setara dengan Rp 35 triliun.
Menurut Duta Besar Indonesia untuk Uni Emirat Arab, Husin Bagis menyampaikan dalam waktu dekat ini akan ada kerjasama antara Mubadala-OMP dengan Chandra Asri. Kerja sama ini akan ditandai dengan penandatanganan investasi dari BUMN Kerajaan Uni Emirat Arab (UEA) tersebut akan berlangsung pada saat Putra Mahkota Abu Dhabi, Sheihk Mohammed bin Zayed Al Nahyan melakukan kunjungan ke Indonesia pada pekan ini.
Kerja sama ini diproyeksikan bisa mengurangi import produk kimia ke Indonesia senilai dengan US$ 20 miliar dalam setahun. Presiden Direktur PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, Erwin Ciputra menyampaikan pihaknya kini sedang menyiapkan proses penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) yang akan dilaksanakan antara Chandra Asri dan Mubadala.
“Kami sedang persiapkan penandatanganan, sudah firm tanda tangan akan dilakukan. Nanti kami akan memberikan penjelasan lebih komprehensif,” kata Erwin
Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) mendukung rencana pembangunan pabrik petrokimia tersebut, hal ini dapat meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Inaplas, Fajar Budiyono. Selama ini industri petrokimia dalam negeri masih mengimport bahan baku berupa nafta. Melalui kerja sama ini akan mempersingkat mata rantai bahan baku dan memastikan kelancaran pasokan bahan baku.
“Produk yang dihasilkan bisa lebih kompetitif. Mudah-mudahan, kalau kerja sama ini jadi, akan menarik pemain lain untuk mengikuti jejak Mubadala,” ujar Fajar
Fajar juga menilai kerja sama ini merupakan entry point perusahaan Timur Tengah untuk bisa masuk berinvestasi ke Indonesia sehingga dalam pelaksanaan nya harus dikawal agar dapat terealisasi. Fajar juga menyampaikan pemerintah harus sigap dalam menyediakan payung hukum yang pasti dalam menarik investasi dari luar lebih banyak. Sebagai contoh dapat dengan insentif super deductible tax, diharapkan dapat segera menerbitkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya.
“Kemudian, disinkronisasikan kebijakan yang pro industri dan investasi. Untuk sektor petrokimia, isu sampah plastik ini penting, kami sudah beri second opinion yang pro industri, yang masalah itu kan manajemen sampahnya dan ini bisa diselesaikan,” katanya.