Kejar Target, Tenaga Konstruksi Bendungan Kuningan Kerja Tiga "Shift"

25/05/2017

Tidak berkategori

Jakarta - Keseriusan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan pembangunan Bendungan Kuningan di Jawa Barat dapat diselesaikan lebih cepat dari jadwal semula bukan catat di atas kertas semata.

Target ini didukung keterlibatan semua pihak, mulai dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR, kongraktor PT Wijaya Karya (Persero) dan PT Brantas Abipraya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, serta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kuningan, dan Pemerintah Kabupaten Brebes.

Kepala Pusat Bendungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Ni Made Sumiarsih menyatakan optimisme dapat menyelesaikan pembangunan Bendungan Kuningan pada akhir 2018.

"Akhir 2018, Bendungan Kuningan selesai. Jadwal semula tahun 2019. Kami akan percepat penyelesaiannya dengan berbagai macam strategi pekerjaan, dan dukungan seluruh pihak yang terlibat," ujar Ni Made Sumiarsih menjawab KompasProperti, Selasa (23/5/2017).

Tak hanya komitmen menyelesaikan target, soal strategi, sistem, dan cara kerja pun digeber untuk merealisasikan Bandungan Kuningan yang digagas sejak 1983.

Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung Charisal Akdian Manu mengatakan, sistem kerja akan dibuat dalam tiga shift, masing-masing delapan jam.

"Kami bahkan meminta Pemprov Jawa Barat, dan Pemkab Kuningan untuk mengizinkan proses konstruksi fisik di sini 24 jam. Sebelum ini, pekerjaan hanya sampai pukul 22.00 WIB. Dengan ini, kami lakukan percepatan," jelas Charisal.

Dia mengaku optimistis target tersebut dapat dicapai karena hingga saat ini, perkembangan konstruksi fisik bendungan sudah mencapai 48 persen dengan anggaran yang terserap sebesar Rp 200 miliar.

"(Sampai-sampai) saya bersedia untuk tinggal di sekitar area kerja demi mengawasi dan memimpin konstruksi fisik Bendungan Kuningan," kata Charisal.

Pengalihan saluran sungai untuk pengembangan Bendungan Kuningan, Selasa (23/5/2017).(KOMPAS.com/ALEXANDER B HILDA)

Tak mengherankan, jika pada Selasa 23 Mei 2017 dilakukan pengalihan aliran Sungai Cikaro, anak Sungai Cijalengkok ke saluran pengelak Bendungan Kuningan sebagai tanda dimulainya tahap pekerjaan pembangunan fondasi bendungan utama.
Bendungan Kuningan merupakan salah proyek strategis nasional dan merupakan bagian dari pembangunan 65 bendungan baru dalam periode 2015-2019 yang terdiri dari penyelesaian 16 bendungan baru, pembangunan 1 juta hektar saluran irigasi baru, dan rehabilitasi 3 juta hektar jaringan irigasi.

Pembangunan bendungan ini adalah bentuk dukungan Kementerian PUPR dalam bidang ketahanan pangan, energi, dan penyediaan air baku nasional.

Sebagaimana diketahui, Bendungan Kuningan berada di Desa Randusari, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan, yang merupakan dikenal sebagai salah lumbung padi Nasional.

"Bendungan Kuningan dirancang dengan volume tampung total sebesar 25,9 juta meter kubik dengan anggaran konstruksi sebesar Rp 464 miliar," tambah Chaisal.

Bendungan Kuningan akan menjadi sumber air bagi Daerah Irigasi Cileuweung seluas 1.000 hektar dan Daerah Irigasi Jangkelok seluas 2.000 hektar.

Di samping itu memberikan manfaat bagi pengendalian banjir, penyediaan air baku 300 liter per detik dan potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 535 KW.

Daerah genangan bendungan Kuningan ini meliputi 5 desa dan 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Cibeureum (Desa Randusari, Desa Kawungsari, Desa Sukarapih) dan Kecamatan Karangkencana (Desa Tanjungkerta dan Desa Simpay Jaya) Kabupaten Kuningan.