Tol Solo- Kertosono Beroperasi Mulai Lebaran 2017
SRAGEN – Pemerintah memastikan jalan tol Solo- Ngawi sepanjang 65 kilometer dari total panjang 90,25 kilometer dapat dilalui secara fungsional pada arus mudik Lebaran tahun ini.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basoeki Hadimoeljono menyatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk melancarkan proses pengadaan lahan. Pasalnya pada paket II ruas Mantingan – Ngawi sepanjang 35,15 kilometer terdapat lima titik area yang belum bisa dibebaskan lahannya karena belum mendapatkan izin penetapan lokasi dari Gubernur Jatim.
“Kunjungan ini untuk koordinasi. Misalnya ada masalah tanah dengan Kementan, saya telepon Pak Mentan selesai. Ada penlok oleh gubernur Jatim yang belum, juga saya telepon beliau,” ujarnya di sela-sela kunjungan kerja, Senin (20/2/2017).
Jalan tol Solo-Kertosono merupakan jalan tol yang layak secara ekonomi, tetapi kurang layak secara finansial, sehingga pemerintah memberikan subsid berupa dukungan konstruksi dari Kartosuro sampai Karanganyar sepanjang 20,8 kilometer, sedangkan PT Solo Ngawi Jaya membangun sejak Karanganyar hingga Ngawi sepanjang 69,35 kilometer. Adapun hingga saat ini, pengadaan lahan di seksi pemerintah telah bebas seluruhnya, dan progres konstruksi telah mencapai 97,2% sehingga bisa dilalui.
Proses konstruksi di seksi pemerintah cenderung lebih lancar dibandingkan dengan seksi yang dibangun badan usaha. Pasalnya, proses konstruksi seksi badan usaha sempat terhenti pada 2014 akibat adanya permasalahan internal pemegang saham SNJ.
Konstruksi mulai berjalan setelah konsorsium PT Jasa Marga (Persero) tbk dan PT Waskita Toll Road mengambil alih ruas Solo—Kertosono dari PT Thiess Contractor Indonesia pada awal 2015. Dalam konsorsium tersebut, Jasa Marga menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan 60% dan Waskita Toll Road 40%.
Direktur Utama PT Solo Ngawi Jaya David Wijayatno menyatakan, konstruksi Solo- Ngawi terbagi ke dalam dua paket, yaitu Paket 1 Karanganyar-Mantingan sepanjang 35,15 kilometer dan Paket II Mantingan – Ngawi sepanjang 35,15 kilometer. Nilai investasinya diperkirakan Rp5,2 triliun (berdasarkan perhitungan 2011).
Menurutnya, sejauh ini progres pengadaan lahan untuk kedua seksi telah mencapai 90,1% untuk seksi 1 dan 92,4% untuk seksi II. Sementara progres konstruksi terdiri mencapai 73% untuk seksi 1 dan 48,8%.
Dia menyatakan salah satu tantangan yang dihadapi antara lain adanya perubahan desain konstruksi, di mana sebelumnya desain kelandaian tol sebesar 10%, berubah menjadi 5% sehingga menyebabkan adanya kebutuhan tambahan pengadaan lahan untuk overpass. Dia mengatakan setidaknya terdapat total 30 overpass dengan kebutuhan tanah tambahan mencapai 52 hektare.
“Untuk seksi I konstruksi yang belum bisa dilakukan di simpang susun bandara, simpang susun purwodadi juga belum. Untuk overpass ada 9 dari 16 overpass di paket I yang belum bisa dibangun,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan Bisnis, sebagian besar konstruksi tol Solo-Ngawi telah berupa struktur rigid, sementara di beberapa bagian masih berupa lean concrete. Bentang utama beberapa overpass juga telah terbangun, menyisakan pembangunan di bagian kaki yang menunggu pengadaan lahan.